Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu Indonesia
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional
Meski sudah berdiri gedung-gedung yang tinggi. namun Yogya tetaplah Yogya yang menawarkan sejuta ketenangan. Apa saja sih yang menarik tentang Yogya? Yuk kita intip wisata alam Yogya. Yang pasti keren dan indah.
1. Pantai Ngelambor
Ganasnya ombak pantai-pantai di selatan Jogja sering kali membuat orang bergidik ngeri dan segan untuk mendekati. Ombak yang datang berkejaran dari arah lautan luas seolah berlomba menghalau agar kita tak mendekati airnya. Tak seperti pantai-pantai di sisi utara Jawa yang lebih ramah, tepian daratan yang langsung menyapa luasnya Samudera Hindia ini bukan tempat sesuai untuk menikmati asyiknya berenang di air asin atau serunya snorkeling menyaksikan keindahan panorama bawah laut bersama ikan-ikan kecil. Hingga kita terpaksa harus puas bermain air di pinggiran, di tempat buih-buih lautan mulai menghilang. Namun ketika YogYES berkunjung ke Pantai Nglambor, berenang dan snorkeling di pantai selatan yang tadinya terasa tak mungkin, nyatanya bisa dilakukan.
Trekking sekitar lima belas menit dari tempat parkir menjadi pilihan YogYES untuk mengakhiri tiga jam perjalanan terguncang-guncang di atas kendaraan. Medan yang terlalu berbahaya dengan jalanan menukik curam mengharuskan kami berjalan kaki atau menyewa jasa ojek berpengalaman daripada membawa kendaraan hingga ke dekat pantai sendirian.
Melewati celah pagar tanaman pandan laut (Pandanus tectorius), kami sampai di bibir pantai. Segerombolan anak muda dengan jaket pelampung berwarna jingga menyala lengkap dengan peralatan snorkel lainnya, terlihat antusias dan tak sabar ingin segera berenang dan menyelam di perairan dangkal. Kawasan Pantai Nglambor merupakan salah satu destinasi snorkeling di kawasan pesisir selatan Jogja yang memiliki panorama dasar laut menakjubkan dengan ragam terumbu karang dan biota laut. Ikan jenis Sergeant Major, Jambrong dan beberapa ikan kecil lainnya adalah penghuni tetap yang terlihat sering berenang bergerombol atau bermain petak umpet di celah-celah terumbu karang.
Pemandangan cantik yang tertutup ombak ini sangat dijaga oleh masyarakat sekitar Pantai Nglambor. Bahkan kawasan pantai ini merupakan daerah budidaya beberapa jenis ikan serta lokasi konservasi terumbu karang dan biota laut lainnya. Tradisi upacara sedekah laut Ngalangi pun juga dilakukan di pantai ini. "Ngalangi" dalam bahasa Jawa berarti menghalangi atau melarang. Masyarakat sekitar pantai Nglambor melarang siapapun untuk menangkap ikan di kawasan pantai kecuali sekali dalam setahun, di luar musim pemijahan ikan. Prosesi penangkapan ikan pun hanya bisa dilakukan dengan menggunakan gawar, semacam jaring dari akar pohon wawar yang dipancangkan dan dihalau bersama-sama ke laut oleh masyarakat setempat.
Seolah tak mau kalah, alam pun turut menjaga dan mempertahankan keelokan akuarium semesta ini dengan memerintahkan dua karang kura-kura raksasa untuk berpatroli menjaga pantai. Dengan gagah "Watu Kalong" dan "Watu Kuntul" menjinakkan ombak-ombak garang agar tak terlalu keras memukul bibir pantai. Keberadaan dua karang kura-kura raksasa inilah yang membuat terumbu karang Pantai Nglambor tidak rusak dihempas gelombang, sekaligus aman untuk snorkeling.
2. Pantai Drini
roma laut mulai tercium saat YogYES menyusuri jalanan mulus di pinggiran , pertanda kami semakin dekat dengan pantai. Dua jam berkendara dari Jogja terbayar lunas ketika kami tiba di Pantai Drini. Matahari belum lagi garang, masih berbaik hati melukis langit biru, menjadikannya latar untuk hamparan pasir putih. Sementara sebuah pulau karang mengapung kesepian di tengah samudera.
Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir karena sebuah pulau kecil di tengahnya, membagi pantai menjadi dua bagian. Konon di pulau tersebut banyak ditumbuhi santigi (Pemphis acidula), atau masyarakat di sini biasa menyebutnya drini. Itulah kenapa pantai dan pulau ini diberi nama drini. Bila laut sedang surut, kita bisa pergi ke pulau. Tak perlu menjadi climber untuk memanjat karang, karena tangga beton rela dipijak demi mengantar kita ke atas. Dari sini, pandangan kita bisa menyisir seluruh Pantai Drini, melihat gunungan alang-alang atap gazebo hingga deretan perahu nelayan. Semua tampak mungil, seperti miniatur bikinan kurcaci. Kini, tak ada lagi pohon drini, yang ada hanyalah pandan laut (Pandanus tectorius) memenuhi setiap jengkal tanah, berebut hidup dengan rerumputan. Saat YogYES ke sana, ada seorang bapak tua asyik nembang Jawa sambil mencari rumput untuk pakan ternak. Terdengar seperti seorang penyanyi yang diiringi musik orkestra alam. Ah, betapa damainya...
3. Pantai siung
Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi pilihan banyak orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun mesti menunggu berjam-jam.
Stamina yang prima dan performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk bisa menjangkau pantai ini. Maklum, banyak tantangan yang mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan, tikungan tajam yang kadang disertai turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat melalui jalan yang dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang palawija. Semuanya menghadang sejak di Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul yang dijumpai) hingga pantainya.
Seolah tak ada pilihan untuk lari dari tantangan itu. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila ditempuh dari kota Yogyakarta.
Seperti sebuah ungkapan, "bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah sampai di pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang terjaga kebersihannya akan mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan bercengkrama sambil menikmati indahnya pemandangan.
Satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi penambah keindahan dan pembatas dengan pantai lain. Karang itu juga yang menjadi dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.
Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata alam yang keren di Yogyakarta. tapi kali ini aku hanya post pantainya aja ya. jika kalian singgah di Yogyakarta.bolehlah main main di pantainya Yogya hehe
Selanjutnya aku akan kasih tau makanan khas dari kota Istimewa ini.
1. Gudeg
Sangat sukar untuk mengatakan gudeg mana yang terenak di Jogja. Kuliner wajib khas Jogja yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan ini memang sangat populer karena rasanya yang lezat. Ada tiga jenis gudeg, yaitu gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg manggar. Gudeg basah adalah gudeg yang disajikan dengan kuah santan nyemek yang gurih. Sedangkan gudeg kering dimasak dalam waktu yang lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecoklatan dengan rasa yang lebih manis. Sementara gudeg manggar adalah terbuat dari bunga kelapa. Namun gudeg manggar ini tidak terlalu mudah ditemukan. Salah satu gudeg yang terkenal di Jogja adalah gudeg pawon yang dijual pada saat tengah malam.
2. Oseng Mercon Bu Narti
Mendengar namanya pun kita sudah dapat
membayangkan pedasnya. Begitu pedasnya hingga terasa panas meledak di
mulut. Oseng-oseng ini merupakan daging sapi, kikil, gajih, kulit, dan
tulang muda yang dioseng-oseng dengan cabe rawit. Bagi para pencinta
pedas, oseng mercon ini luar biasa enaknya saat disantap dengan nasi
putih panas. Keringat bercucuran dan lidah terbakar tidak bakalan
membuat kapok menyantap oseng mercon ini. Oseng mercon yang sangat
terkenal di Jogja adalah Oseng Mercon Bu Narti di sebuah warung tenda di Jalan KH Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
3. Sate Klathak Pak Pong
Para penggemar sate yang sedang berada di Jogja wajib mencicipi sate klathak Pak Pong.
Sate klathak sedikit berbeda dengan sate umumnya. Daging kambing yang
dipotong kecil-kecil ditusuk dengan menggunakan jerusi besi sepeda.
Jeruji besi ini menjadi penghantar panas yang baik sehingga daging
matang hingga ke dalam. Bumbunya pun bukan menggunakan kecap seperti
sate kambing umumnya. Bumbu yang dipakai hanyalah garam dengan sedikit
ketumbar. Rasanya akan lebih nikmat lagi saat Anda menyantapnya bersama
nasi putih yang telah disiram kuah gulai. Para penggemar pedas tinggal
menambahkan irisan cabe rawit segar. Warung Sate Klathak Pak Pong berada
di Jalan Imogiri Timur, Bantul, Yogyakarta.
4. Brongkos
Sayur brongkos – atau jangan brongkos
sebagaimana orang Jawa biasa menyebutnya – merupakan masakan sayur
warisan leluhur yang masih terjaga hingga hari ini. Konon, brongkos ini
pun merupakan makanan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono X. Brongkos ini
terbuat dari tahu, tempe, dan kacang tolo yang dipadukan dengan kuah
santan kental dan kaldu daging segar. Kuahnya berwarna hitam karena
menggunakan keluwak. Rasa manis, gurih, dan pedas berpadu dengan apik
menghasilkan rasa yang sangat lezat. Brongkos yang terkenal di Jogja
adalah Brongkos Bu Padmo di di Tempel, Sleman (di bawah jembatan Krasak) dan brongkos dari RM Handayani di dekat alun-alun selatan.
5. Angkringan Lik Man
Saat ini ada ratusan atau bahkan ribuan
angkringan di kota Jogja. Namun, belum banyak yang tahu bahwa angkringan
di Jogja dipelopori oleh Mbah Pairo, seorang pendatang dari Cawas,
Klaten pada tahun 1950-an. Mbah Pairo datang ke Jogja untuk mengadu
nasib. Usaha angkringan Mbah Pairo ini lalu diteruskan
oleh Lik Man putranya di tahun 1969. Lambat laun usaha ini pun kian
menjamur. Namun, tak berlebihan bila dikatakan angkringan yang paling
terkenal di Jogja adalah angkringan Lik Man. Menu andalannya adalah nasi
kucing, yaitu nasi putih polos yang diberi oseng tempe, oseng teri,
atau sambel serta dibungkus dengan daun pisang. Tersedia juga berbagai
macam sate seperti sate usus, sate telur puyuh, sate kerang, sate jamur,
sate ayam dan berbagai gorengan. Minumannya yang sangat terkenal adalah
kopi joss, yaitu kopi panas yang dicelupkan arang panas yang masih membara.
Begitulah Yogyakartaku. kota yang paling aman dan tetap istimewa dihati,

Tidak ada komentar:
Posting Komentar