Rabu, 19 Desember 2012


Seperti meledak meledak aku mengingatmu
Seperti terhanyut dalam senyummu..
Aku hanya bisa melihatmu,,
Tak masalah untukku, meski terlupakan

Entah perasaan apa ini..
Sejak kapan kau hadir dalam hatiku
Saat melihat matamu..
Aku melihat bintang bersinar terang.

Kau seperti coklat yang melumer dengan manis..
Aku akan menunggu senyum manismu..
Apakah takdir cinta itu kamu..
Aku tak tahu, biarkan jadi rahasia..

Meski terlupakan..
Kau tetap bintangku your my star
.


Jumat, 01 Juni 2012

Hari ini adalah hari tersibuk, mengapa? yups soalnya besok akan ada ulangan kenaikan kelas. semua anak pada ribut memikirkan tugas. sampe sampe ada yang stress lho hahaha :D begini ya jadi pelajar, tugas tugas dan tugas tak pernah yang lain. hmmmm andai aja gak ada yang namanya belajar pasti dunia rusak hahahah :D tau ah tulisanku geje banget abisan aku stress. sampe sampe aku harus balik ke kamar mandi selama 7 kali. kayak towaf aja deh. tapi towafnya di wc karena harus nahan mules. efek tugas aja kok bisa seperti ini ya? menurut penelitian sih kalau otak lagi stress pencernaan juga bisa stress. mungkin ususku lagi jingkrak-jingkrak karena pengen bebas dari belenggu tugas yang membuat aku gak makan seharian, gak tidur semalaman karena harus ngerjain tugas. kasian banget sih jadi pelajar. bukan hanya itu gara gara tugas satu kelas jadi ricuh karena temenku mendadak jadi gila dan teriak teriak kayak gini "Sekolah marak'e edan" hahaha :D itulah curhatan kita yang tak pernah didengar guru. ya gimana bisa dengar kalau kita gak pernah ngutarakan keluhan kita. ya begitulah hidup.
untuk teman-teman yang mau UKK selamat ya? semoga lulus semua


Rabu, 30 Mei 2012

Mentari itu aku


Hidupku dimulai sejak tanggal 28 februari 1995, saat tangis pertamaku yang sangat keras di dalam ruangan bersalin Kasih Bunda. Kata ayah, ibuku senang sekali saat melihatku hadir di dunia ini dengan selamat. Tangis ibukupun pecah saat jemari mungilku menggenggam jemarinya. Aku adalah anak yang paling berharga bagi kedua orang tuaku, apalagi bagi ayah. Karena kelahiranku adalah dua sisi yang membuat ayah begitu tertekan antara bahagia dan duka.
            Duka itu dimuai ketika ibu mengalami pendarahan yang begitu hebat seusai melahirkanku hingga aku ada di dunia. Ibu telah mengorbankan hidupnya untukku. Tuhan, apakah begitu sulitnya ibu melahirkanku. Akupun juga tidak mengerti mengapa aku harus menjadi beban ibuku. Kenapa Engkau harus menukar nyawa ibuku denganku. Andai saja aku tahu jika kehadiranku  hanya untuk membuat ibuku meninggal. Mungkin aku tak akan pernah memilih hidup di dunia ini.
            Tapi apa yang harus kuperbuat, semua telah digariskan lewat takdir. Dan aku terlahir di dunia ini. Karena cinta mereka, ayah selalu berkata bahwa memilikiku dan kenangan indah bersama ibuku adalah terindah untuknya. Saat ayah sedang bermain denganku dan menimangku, tiba-tiba seorang suster mendekat padanya lalu bertanya.
            “Maaf pak, bayi cantik ini akan diberi nama siapa?” tanya suster pada ayah.
            “Mentari itu nama anak ini”
            Mentari itulah namaku, ayah memberiku nama Mentari agar aku bisa terus bercahaya seperti Mentari yang selalu bersinar cemerlang.
            “Mentari sayang, ayo ke sekolah” ajak ayah padaku.
            “Baik ayah” gumamku.
            Kini aku telah berumur 16 tahun, sampai saat ini aku masih tidak bisa berjalan. Aku lumpuh, entah ada apa dengan kakiku. Dari kecil, aku tak pernah merasakan bagaimana lelahnya berjalan. Bagaimana kakiku menapak di bumi, rasanya berlari seperti anak-anak normal lainnya. Aku juga tak ingin bersekolah di sekolah Luar Biasa. Aku tidak bodoh, otakku masih bisa menyerap pelajaran yang diajarkan ayah setiap hari dengan baik. Aku juga bisa membaca buku pelajaran untuk anak normal. Dan aku yakin, aku bisa bersekolah di sekolah umum. Karena aku ingin mengejar mimpiku. Tidak memenjararakan kemampuanku disini, tempat yang membuatku semakin terpuruk akan keadaanku. Tapi sudahlah, kata ayah jika aku bersekolah disekolah biasa aku akan selalu dibuli karena kondisiku. Akupun sadar, keadaanku yang cacat ini bisa menghambatku tuk mendapatkan teman nanti.
            Pukul 07.15 aku dan ayah berangkat ke sekolah, sekolah anak cacat. Disana kegiatanku hanyalah bermain bersama teman- teman yang juga cacat sepertiku. Cacat fisik memang telah menjadi benteng untuk mencapai cita-citaku menjadi seorang diploma. Aku mulai pesimis apakah aku bisa mengejar impianku dengan kondisi tubuhku yang seperti ini. Akhirnya akupun bertekad untuk pindah ke sekolah umum. Akupun mencoba mengutarakan keinginanku pada ayah.
            “Ayah bolehkah aku... pintaku tiba-tiba pada ayah yang sedang membaca koran
            “Boleh apa sayang?” ucap ayah lembut kemudian menatapku
            “Bolehkah aku sekolah di sekolah Umum” pintaku padanya
Aku tahu ayah tak mungkin mau mengabulkan permintaanku. Karena ayah takut aku akan disambut tidak baik jika berada di lingkungan orang normal. Dan benar saja, ayah hanya diam. Namun tak lama kemudian akhirnya ayah mengeluarkan kata.

            “Baiklah, ayah sadar kamu ini pintar dan kamu punya hak bersaing di luar sana, dunia yang tidak kamu ketahui” ucap ayah penuh kebijaksanaan.
            “Terima kasih ayah, aku senang sekali” tangisku pecah karena penuh rasa bahagia.
            Hari ini adalah hari perpisahanku dengan teman-teman terbaikku. Sedih rasanya harus berpisah dengan mereka. Tapi itu harus kulakukan, semua ini untuk impianku berkeliling dunia. Melihat dunia luar yang tak pernah kumengerti sampai saat ini. Perpisahan ini sangatlah sulit bagiku, begitu sakit karena kenangan yang terlalu banyak kulalui bersama teman-teman terbaik sepanjang waktu.
            “kalian tak akan pernah kulupakan” gumamku dalam hati, hingga air mataku ini menetes di pipi.
            Di pagi yang cerah, mentari telah menampakkan cahayanya. Sinar matahari menembus jendela kamar, yang membuatku terbangun dari tidur nyenyak. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di tempat yang baru, sekolah biasa. Hatiku tak karuan rasanya, senang bercampur takut menggelayuti langkahku. Tapi sudahlah aku harus mampu enyahkan rasa takut ini. Karena ini adalah pilihanku, aku tak boleh mengecewakan ayah, dengan penuh semangat aku menghampiri ayah.
            “Ayah, aku sudah siap ke sekolah” kataku bersemangat
            “ Anak ayah bersemangat sekali” godanya penuh kehangatan
            “Ah ayah bisa aja” ujarku sambil tersenyum bahagia
            Akhirnya aku dan ayah pergi menuju sekolah yang aku inginkan. Rasa gugup seakan kembali menyerbu hatiku,keringat dingin mengucur di sekujur tubuhku. Ayahpun sepertinya tahu aku sedang gugup tapi untunglah dia hanya diam.
            Sesampainya di sekolah baruku, aku tercengang akan megahnya bangunan sekolah ini. Begitu besar dan bersih ingkungannyapun berbeda dengan sekolahku sebelumnya. Disini banyak sekali hal-hal yang tak ku ketahui. Dan sepertinya aku kan nyaman berada disini.
            “ Bagaimana udah siap sayang?” tanya ayah yang mengagetkanku
            “ Siap yah” kataku penuh semangat
Ayahpun langsung membawaku ke ruang kepala sekolah. Terlihat sesosok perempuan yang begitu anggun dan sepertinya penuh kelembutan. Wajahnyapun cantik mungkin dia seperti ibuku.
            “Selamat pagi pak agus “ sapa kepala sekolah itu penuh keramahan
            “ Selamat pagi bu Dira” balas Ayah
            “ Ini anak saya Mentari” ucap ayah
            “Selamat pagi bu” kataku pada sosok wanita di depanku
            “ Iya Mentari, selamat datang di sekolah ini, semoga betah ya?”sambutnya penuh kehangatan
            Setelah ke ruang kepala sekolah aku harus pergi ke kelas. Ayah mendorong kursi rodaku,untk saat ni yang bisa kulakukan hanyalah berdoa. Semoga teman-temanku bisa menerimaku dengan keadaanku  seperti ini. Setelah sampai di depan kelas,aku meminta ayah untuk pergi. Dan ayahpun mengerti,tanpa harus khawatir lagi denganku. Karena ayah percaya kalau aku bisa jaga diriku sendiri. Setelah aah pulang, aku mendorong roda, kursi rodaku dengan tanganku dan memasuki ruangan kelas. Hal yang aku rasakan sekarang hanya gugup sekaligus takut. Serta takjub akan hal ini. Bahwa inilah hidupku sebenarnya.
            “Baiklah nak, perkenalkan namamu”ucap wali kelasku bu mirna
            “Nama saya Mentari naura zahara biasa dipanggil Mentari atau Tari” gumamku pada teman-teman baruku
            “Woy sekarang sekolah Luar Biasa dipindah diini ya?” cerutuk salah seorang cowok
Karena ucapan cowok tadi seketika seluruh anak dikelaspun tertawa. Air maaku seakan ingin menetes. Mereka sangat tega sama aku, tapi aku harus kuat aku gak ingin dianggap cengeng oleh mereka.
            “Sudah sudah diam kalian, tari kamu duduk sana” ucap bu mirna
            “Baik bu, “ akupun pergi sambil mendorong kursi rodaku
            Hari senin, matahari bersinar terik . panas itu menyengat kuli dan membuatku tidak nyaman. Hari ini aku mengikuti upacara bendera yang diakan setiap hari senin. Ini adalah hari pertamaku mengikuti upacara bendera brsama teman-temanku yang normal .Berbaris  dengan tegap walaupun aku harus duduk di kursi roda.
            “Woy cacat enak banget lo duduk” bentak seorang cowok yang bernama Randy
            Hari hariku disini semakin buruk. Aku slalu dicaci tapiku harus bertahan dan jadi yang terbaik untuk ayah. Beberapa hari lagi kan ujian semester 1, akhirnya ujian tiba. Aku harus belajar keras agar mendapat nilai baik dan menjadi yang terbaik. Aku ingin membuat ayah bangga padaku. Aku ingin ayah tetap tersenyum bahagia. Karena hanya ayahlah kebahagiaanku.
            Sudah jam tiga pagi, tapi aku masih belum bisa menghafal banyak nama-nama spesies. Padahal mata pelajaran pertama adalah biologi. Akupun mencoba keluar dari kamarku. Tapi  sangatlah sulit memindahkan tubuhku ke kursi roda. Tapi rasanya tak mungkin aku mengganggu tidur nyenyak ayah. Ayah sudh terlalu lelah menjagaku hari ini. Aku harus bisa mandiri, aku tidak mau menyusahkan orang lagi. Kucoba kembali memindahkan tubuhku, satu kali jatuh, dua kali jatuh tak masalah bagiku. Ketiga kalinya aku mencoba memindahka tubuhku lagi. Ketiga kali itupun juga aku gagal. Namun disisa perjuanganku, aku berhasil. Setelah berusaha dengan susah payah mengangkat tubuhku, kini aku mendorong kursi rodaku menuju balkon.
            Malam ini sangatlah indah, langit bertaburan ribuan bintang. Bagai berlian yang mengerdipkan kilaunya. Seakan mengajakku bermain di angkasa malam. Udara malam ini pun menusuk tulang-tulangku,terkecuali kakiku yang tak pernah bisa merasakan apapun. Andai saja aku bisa merasakan punya kaki yang tidak mati rasa. Menggerakkan kakiku seperti anak-anak norma pada umumnya. Tidak selalu duduk di atas kursi roda. Air mataku mulai menetes. Andai saja aku tak dilahirkan di dunia ini. Pasti ibu tak akan meninggalkan ayah dan pasti ia tak merasa terbebani karena kehadiranku yang tak sempurna.
            “Ibu aku rindu,kata ayah ibu selalu menginginkanku hidup di dunia ini” ujarku pilu,hatiku terasa tercabik-cabik jika mengingat ibu. Karena akulah ibuku harus pergi meninggalkan ayah. Hingga ayah harus menderita denganku yang seperti ini. Hatiku semakin sesak. Rasa rinduku kepada ibu tercurahkan dalam setiap tetes air mataku. Sanking lelahnya aku menangis sampai-sampai aku terlelap di kursi rodaku.
Kemudian aku mendengar suara ayah yang lembut kepadaku.
            “Maafkan ayah sayang, ayah janji akan selalu membahagiakan mentari ayah” ujar ayah yang kemudian mencium keningku. Aku merasakan kecupan ayah, dan akupun merasakan saat ayah menggendongku. Ayah andai kau tahu betapa indahnya kau dimataku. Kau yang terhebat ayah, kau yang terbaik.
            Hari ini adalah hari ujian pertamaku. Dan aku akan usahakan yang terbaik untuk orang yang terhebat dalam hidupku,ayah. Tujuh hari tlah terlampaui, belajar dan belajar  terus kulakukan. Karena menurutku hidup hanyalah untuk belajar. Kita harus beljar dari kehidupan. Dengan belajar aku juga bisa menjadi kuat, walaupun fisikku lemah. Aku harus tetap kuat walau kemampuanku terbatas. Ayah aku akan tetap kuat untukmu.
            Hari demi hari ujian aku lalui. Akhirnya tiga hari lagi adalah penerimaan rapor. Ini adalah evaluasi kemampuanku selama aku di sini. Apakah aku bisa membuat ayah bangga. Bisakah aku unggul dalam bersaing dengan anak normal. Entahlah , kuserahkan semua itu kepada Allah. Aku kan terus usahakan agar ayah bahagia dan bangga karenaku.
            Tanggal 12 juni hari penerimaan raporku tiba. Aku tidak ingin mengecewakan ayah. Aku takut nilaiku tidak memuaskan. Mungkin aku harus ikhlas menerima apapun hasil nilaiku. Disaat aku cemas sekali menunggu hasil nilaiku di dalam kamar. Tiba tiba ayah datang membawa rapor dan beberapa tangkai bunga mawar. Aku tak tahu apa maksud ayah membawa beberapa bunga kesukaanku. Apa ayah ingin menghiburku karena nilaiku buruk. Ayahpun kemudian mendekatiku dan berkata
            “selamat sayang kamu berhasil, kamu juara 1” ujar ayah penuh rasa bangga.
Aku yang tak kuasa, menangis sambil memeluk ayah. Tuhan aku telah berhasil membuat ayah bangga. Dan aku melihat air mata ayah, tapi aku tahu ini bukanlah air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan. Sore ini adalah sore terindah bersama ayah. Sungguh indah anugerahmu tuhan.
            Tanggal 3 juli kembali aku masuk sekolah. Namun ada yang aneh dengan teman-temanku. Mereka tak lagi menganggapku orang aneh dan tidak berguna mereka menjadi baik padaku. Mereka juga tak pernah mencaci aku lagi. Mungkin inilah jawaban dari doa-doaku selama ini. Kini hari-hari di sekolah menjadi berwarna karena mereka. Hidupkupun menjadi berharga karena aku bisa saling berbagi ilmu kepada anak-anak jalanan dan anak cacat, tent saja ayah selalu disampingku. Ayah selalu mendampingiku.
            Pernah terlintas di fikiranku jika ayah pergi mennggalkanku, bagaimana denganku nanti. Apakah aku bisa menjalani hari-hariku. Apakah hariku kan terasa indah tanpa cinta ayah. Ayah, andai kau tahu ayah adalah hal terindah yang pernah kumiliki.
            Hari ini uaca panas sekali, dan aku harus menunggu jemputan ayah, gak biasanya ayah menjemputku selama ini. Apa ada sesuatu terjadi pada ayah.
            “Tari kamu dijemput jam berapa? Aku anteri aja ya” kata temenku ayu yang sedang menemaniku
            “enggak usah aku naik taksi aja deh” ujarku
            “ okedeh aku panggilin taksi ya” tawarnya
            “makasih ayu” balasku dengan senyuman
Karena ayah tak knjung menjemputku, akhirnya aku naik taksi. Tak lama kemudian ayah menelfonku.
            “Tari kamu dimana nak?” tanyanya
            “ oh aku lagi ada di taksi nih yah, maaf ayah aku fikir ayah lagi sibuk”
            “oke ayah tunggu kamu di rumah”
Belum sempat telfon ini tertutup, tiba-tiba sebuah truk datang dan menabrak taksi yang aku tumpangi. Aku ingin keluar dan mina tolong tapi pndanganku mulai kabur dan semuanya menjadi gelap.
            Saat aku mulai sadar, aku hanya bisa mendengar suara tangis ayah. Tapi disaat aku ingin membuka mata, kelopak mataku seakan berat. Tenagakupun seakan lenyap, rasanya aku seperti mayat hidup. Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa ayah menangis. Sakit rasanya hati ini mendengar ayah menangis. Aku ingin bangun ya Allah. Mendengar tangis ayah yang seperti itu air mata tak kuasa aku bendung. Kenapa aku tak bisa merespon. Mengapa seluruh tubuhku tak bisa digerakkan sama sekali. Tuhan , ayah butuh aku, tak ingin rasanya ku tinggalkan ayah sendiri.
            Sejak keadaanku seperti ini. Setiap hari ayah selalu menjagaku. Tak peduli siang ataupun malam ayah selalu menemaniku. Sepertinya ayah juga selalu mengganti bunga mawar di agar tetap segar. Aku sedih, ayah menjadi seperti ini karena aku. Ayah aku tak ingin kamu seperti ini. Aku akan kuat untukmu ayah.
            Semakin hari, tubuhku semakin lemah. Sejenak pernafasanku tak normal. Sesaat kemudian jantungku seakan berhenti berdetak beberapa detik. Tapiku masih bisa mendengar kesedihan ayah, saatku kritis. Ibu apkah aku harus mengingkari janjiku. Tuhan ijinkan aku ucapkan kata sayang untuk ayah setiap hari.
            Mentari bersinar cerah. Namunku tetap terbaring di tempat tidur rumah sakit. Entah sudah berapa lama aku seperti ini. Secara samar-samar aku aku mendengar tangisan teman-temanku. Aku tak tahu pasti siapa yang datang menjengukku. Tangisan, kembali aku mendengar tangisan dari temanku. Sesungguhnya aku tak ingin mendengar tangisan mereka. Hingga sampai aku tak mendengar suara apapun lagi, begitu sunyi.
            Tiba-tibaku terbawa ke suatu tempat dimana pertama kaliku bertemu ibu. Sesosok wanita yang cantik, memakai gaun putih yang indah. Rambutnya yang panjang tergerai,bau wangi penuh kehangatan. Ibu, ia menhampiriku.
            “Tari sayang,tugasmu tlah selesai sayang” ujar ibu
            “ maksud ibu apa?” tanyaku tak mengerti
Tiba tiba sesosok pria dalam kegelapan dan berkata.
            “Anakku tari, kau mentari ayah. Tapi jika sinarmu harus redup. Ayah ikhlas nak, pergilah. Bahagialah disisiNya bersama ibumu yang kau rindukan” ucap pria itu yang  ternyata Ayah.
            Dan inilah akhir ceritaku. Meski ku tak bisa memenuhi impianku tapi aku telah mengetahui dunia melalui pembelajaran. Melalui buku yang slalu dibacakan oleh ayahku. Dan teman- teman yang membuatku menjadi seseoran yang berguna. Terimakasih tlah mengenangku dengan baik.

           
                                                           
           
           

Tentang kita

aku mau cerita nih tentang kelas dan teman teman yang aneh di kelasku. hahahaha gak kerasa habis ini kelas dua. itu artinya kita bakalan pisah kelas walaupun gak semuanya sih, kelas 11 bagaimana ya? oh ya di kelas sebslas kayaknya aku harus pisah sama temen yang selalu bersamaku. yah, aku harus pisah sama hesti karena kita berbeda jurusan. gak kerasa ya sekarang aku udah besar. padahal sepertinya baru saja kemaren aku SMP dan daftar di SMA 11 eh sekarang udah mau kelas 11 aja. tiga tahun kayaknya berjalan begitu cepat. perjalanan yang sangat singkat, tapi aku gak ingin menyianyiakan masa putih abu abuku. dimana nantinya aku kan bermetamorfosis disini. dan nantinya akan menjadi seseorang di masyarakat.

oh ya sambung lagi di BOSHE. disini aku nemuin temen yang beda dari temen temenku yang lain ada simbah yang tingkahnya bikin marah orang terus. entah mengapa kok seperti itu hahahaha :D walaupun menurutku BOSHE bukanlah kelas yang kompak. tapi setidaknya di sini banyak sekali kenangan yang tlah terukir. tawa kita bersama, jailin temen, saling mengejek ataupun marahan sama temen sebangku ku Aliev hahahah :D belum lagi pas lagi bersaing dapetin contekan pr dasaar pelajar dimana- mana sama aja pengennya nyontek terus. canda kami di BOSHE, sedih kami di BOSHE. aku inget banget saat kita semua kompakan main true or dear. buka bukaan rahasia bersama. alhasil tak ada yang rahasiain antara kami. atau saat minta tanda tangan sama orang yang gak kita kenal hahahha :D takkan bisa terlupakan.

BOSHE... tetap dihati kita sema :) XE tahun ajaran 2012



Selasa, 29 Mei 2012

Benci Perpisahan

Disaat penantian tlah terjawab oleh waktu. saat itu pula semua harus berubah., meskipun rasanya berat untuk ucapkan. akan segala kenangan yang terjadi. inilah ceritaku bersama semua teman teman dan kakak kakak yang telah ku anggap sebagai keluarga.

ini ceritaku, cerita saat di MADU. mungkin banyak yang tak mengerti apa itu madu. buatku itu adalah tempat yang bisa membuatku bahagia bersama kawan dan kakak kakakku. di sana aku bisa melakukan hal hal yang menyenangkan daripada aku berada di tempat lain. entah itu di kelas, di rumah ataupun di tempat yang menyanangkan sekalipun. tapi semua itu berbeda, berbeda saat aku berada di madu.

ada kala aku bersama sama berbagi keceriaan, berbagi ilmu sampai berbagi kesedihan. banyak kenangan indah yang terukir di hati, di memoryku. sejujurnya aku belum bisa menerima perubahan. perubahan disaat tempat itu menjadi tempat yang sepi. tempat yang nantinya tak ada lagi kebersamaan. atau mungkin menjadi tempat yang asing bagi kita semua.